Minggu, 26 April 2015

SOLUTIO PLACENTAE

1. Definisi
Solution plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak.
Solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri yang terlepas dari peletakannya sebelum janin lahir. Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan triwulan ketiga dan bisa juga pada setiap saat kehamilan >22 minggu dengan berat janin >500 gram disertai denagn pembekuan darah.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr (Rustan 20002).
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunya plasenta itu secara terlepas anak lahir jadi plasenta terlepas sebelum waktunya kalau terlepas sebelum anak terlahir.
Definisi lengkap ialah solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric patologi 2002)
Nama lain yang sering di gunakan dalam pustakaan adalah :1)  Abruption placenta
2) Ablation placentae
3) Accidental haemorrhage
4) Premature separation of the normally implanted placenta
Dengan perdarahan tersembunyi
Dengan perdarahan keluar
    1)    Pelepasan biasanya komplit  
    2)   Sering disertai toxaemia
  3) Hanya merupakan 20% dari solution placentae
    1)    Biasanya inkomplit
    2)   Jarang disertai toxaemia
    3) Merupakan 80% dari
        solution placentae


2. Jenis-jenis Solusio Plasenta
Secara kllinis dibagi menjadi :
a.    Solusio plasenta ringan, yakni ruptur sinus maginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya. Dengan gejala: pendarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali, perut terasa agak sakit terus meneeus agak tegang.
b.    Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya ditandai: perdarahan pravignam yang berwarna kehitam-hitaman, perut mendadak sakitterus menerus dan dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pravignam walaupun tampak sedikit tetapi kemungkinan lebih banyak perdarah di dalam, dinding uterus teraba terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar didengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic.
c.    Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaan nya terjadi sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janin nya telah meninggal, gejalanya: ibu telah masuk kedalam keadaan syokdan kemungkinan janin telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyer, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, perdarahn pravignum mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan telah terjadi pembekuan darah dan kelainan ginjal.

3.   Etiologi
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti: umur ibu yang tua (>35tahun), karena kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas; penyakit hipertensi menahun, karena peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada; trauma abdomen karena pengecilan yang tiba-tiba pada hibramnion dan gemelli; tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas; setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena tariakn tali pusat.

4.   Patofisiologi
Peredaran dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahnnya. Akibatnya,hermatoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan bebercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus couvelaire (perut terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retrop, maka banyak trombosit akan masuk kedalan peredaran darah ibu, sehingga terjadi pemekuan intravaskuler dimana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah tidak hanya di uterus akan tetapi pada alat-alat tubuh lainnya.

5.  Komplikasi-komplikasi
a.      Komplikasi pada ibu yaitu perarahan yang dapat menimbulkan: variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok, perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
b.    Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit kedalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hermolisi, terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrigen dapat mengganggu pembekuan darah.
c.      Olihuria menyebabkan terjadinya sumbatan glomelurus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d.      Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia urter; kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan.
e.      Sementara komplikasi yang terjadi pada janin antara lain:asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin.

6. Cara melakukan deteksi terhadapkemungkinan soluisio plasenta :
a.    Anamnesis, yakni: ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-tiba diperut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan pervaginam dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan darah. Pergerakan anak mulali hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (tidak bergerak lagi). Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai denagn banyaknya darah yang keluar. Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma.
b.   Periksa pandangan (inspeksi): pasien tampak gelisah, pasien terlihat pucat, sianosis dan keringat dingin, terlihat darah keluar pervaginam.
c.    Pada saat palpasi, didapatkan pada hasil fundus teraba naik karena terbentuknya retroplasenta hematoma, uterus tidak sesuai dengan kehamilan; uterus teraba teganng dan keras seperti papan disebut uterus in bois (wooden uterus baik waktu his maupun diluar his). Nyeri tekan terutama ditempat plasenta; bagian-bagian janin sudah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
d.    Auskultasi sulit, karena terus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140x/menit, kemudian turun dibawah 100x/menit dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas dari sepertiganya.
e.    Pada pemeriksaan dalam teraba serviks biasanya lebih terbuka atau masih tertutup. Kalau serviks sudah terbuka, maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang , baik sewaktu his maupun diluar his; kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun kebawah dan pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.
f.  Hasil pemeriksaan umum: tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok. Nadi cepat dan kecil filiformis.
g.  Pemeriksaan laboratorium: urin : protein (-) dan reduksi (-); albumin(+) pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit; darah; haemoglobin (hb) anemi; pemeriksa golongan darah, kalau bisa cross match test.
h.    Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plasenta lahir, maka kita harus memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung dibagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah dibelakang plaesnta yang disebut hematoma retroplasenter.
i.  Pemeriksaan penunjang: ultasonografi (USG) akan dijumpai perdarahan antara plasenta dan didning abdomen.

7.   Penanganan
a.    Pada kondisi solusio plasenta ringan, jika keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan konservatif kemidain menganjurkan ibu untuk melakukan posisi semi fowler atau setengah duduk, mengobservasi tanda-tanda vital tiap 15 menit, memantau bunyi jantung janin.
b.   Inspeksi tempat perdarahn, menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan cardioropograf (CTG) untuk memonitor keadaan janin.
c.    Solusio plasenta sedang: dilakukan pemasangan infus RL 20 tetes/ menit dan tranfuse darah, melakukan pemecahan ketuban, melakukan induksi persalinan dan dilakukan seksio sesarea.
d.    Solusio plasentan berat: melakukan rujukan kerumah sakit, sebelumnya melakukan: memperbaiki keadaan umum ibu melakukan pemasangan infus RL 20 tetes/ menit, tidak diperbolehkan melakukan pemeriksaan dalam, saat merujuk harus diantar petugas kesehatan yang dapat pertolongan, mempersiapkan pendonor darah dari masyarakat atua keluarganya.
8.  Gejala-gejala
1)  Perdarahan disertai nyeri juga diluar his
2) Anemi dan shok
3) Rahim keras seperti papan dan nyeri di pegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
4) Palpasi sukar karena rahim keras
5) Fundus uteri makin lama makin naik
6) Bunyi jantung biasanya tidak ada
7) Teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah)
8) Sering ada proteinuria karena disertai toxaemi.

Diagnosa didasarkan atas adanya pendarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impressi (cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat tekanan haematom retroplacentair.
Perbedaan antara :
Solution placentae
Placentae praevia
1)  Perdarahan dengan nyeri
2) Perdarahan segera disusul partus
3) Perdarahan keluar hanya sedikit
4) Palpasi sukar
5) Bunyi jantung janin biasanya tidak ada
6) Pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
7)Ada impressi pada jaringan placentae karena haematom
1)    Perdarahan tanpa nyeri
2)   Perdarahan berulang-ulang sebelum partus
3)   Perdarahan keluar banyak
4)   Bagian depan tinggi
5)   Biasanya ada  bunyi jantung janin
6)   Teraba jaringan plasenta
7)  Robekan selaput marginal

9. Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan crossectional. Berikut rancangan penelitian crossectional untuk hubungan usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa. Penelitian ini dilakukan di RSUD Sragen pada bulan Juni 2009, data diambil dari catatan medik pasien. Populasi meliputi semua ibu hamil dengan usia kehamilan > 28 minggu di RSUD Sragen terhitung mulai 1 Juli – 31 Desember 2008 yang tercatat di rekam medis yaitu sebesar 275. Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi yang memenuhi kriteria retriksi diambil sebagai subjek penelitian Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik sampel non random sampling yaitu purposive sampling. Analisis menggunakan Chi-square dan odds ratio. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah pada usia >35 tahun terjadi sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium di bagian fundus uteri menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh mencari tempat yg banyak aliran darah yaitu di segmen bawah rahim untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat yang akhirnya dapat menyebabkan plasenta previa. Hasil penelitian ini adalah dari total sampel sebanyak 275, ibu hamil dengan usia 20-35 tahun sebanyak 168 orang, sedangkan ibu hamil dengan usia >35 tahun sebanyak 107 orang. Ibu hamil dengan usia >35 tahun yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 orang (68,2 %) lebih banyak dibandingkan dengan usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 7 orang (31,8 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa. Besar nilai Odds Ratio yang diperoleh lebih besar dari satu (OR>1),ini menunjukkan bahwa usia ibu hamil >35 tahun merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya plasenta previa adalah sebesar 3,75 kali. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa di RSUD Sragen pada tahun 2008, usia ibu hamil > 35 tahun merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya plasenta previa, besar peluang terjadinya plasenta previa pada usia >35 tahun dalam penelitian hubungan usia dengan kejadian plasenta previa ini adalah 3,75 kali.

10. Penatalaksanaan
A. Tindakan gawat darurat 
Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta bertambah luas yang manifestasinya adalah :
·     Perdarahan bertambah banyak
·     Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi
·     Gawat janin
Maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang harus segera diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi.
B. TERAPI EKSPEKTATIF 
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio plasenta maka tidak pada tempatnya untuk melakukan satu tindakan ekspektatif.
C. PERSALINAN PERVAGINAM
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera berakhir.
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan amniotomi dengan tujuan untuk :
  1. Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC)
  2. Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka servik)
Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak segera diikuti dengan tanda-tanda persalinan.
D. SEKSIO SESAR 
Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak
Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir dalam waktu singkat, misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada nulipara dengan dilatasi 3 – 4 cm.
Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontraindikasi untuk melakukan tindakan seksio sesar pada kasus solusio plasenta.



0 komentar:

Posting Komentar