1. Definisi
Plasenta
pervia adalah plasenta ada didepan jalan lahir (prae didepan; vias:dijalan).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah
sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
2. Tingkatan
plasenta pervia
Plasenta pervia dapat dibedakan dalam
beberapa tingkatan tergantung dimana lokasi penempelan p;asenta berinsersi
antara lain : plasenta pervia totalis jika seluruh ostium internum tertutup oleh
plasenta; plasenta pervia lateralis yakni hanya sebagian dari ostinum tertutup
oleh plasenta; plasenta praevia marganalis jika hanya pada pinggir ostrum
terdapat jaringan plasenta.
Plasenta pervia marginalis pada pembukaan
2cm dapat menjadi plasenta pervia lateralis, pada pembukaan 5cm begitu pula
plasenta pervia totalis pada pembukaan 3cm, dapat menjadi lateralis pada
pembukaan 6cm.
Kejadian plasenta pervia lebih sering
terdapat pada multi gravidae dari pada primigravidae dari umur yang lanjut.
Bisa juga plasenta pervia disebabkan
ipmplantasi telur yang rendah. Keadaan misalnya terdapat pada: multipara
terutama kalau jarak anatar kehamilan pendek. Pada myoma uteri, curretage yang
berulang-ulang.
Gejala-gejala dari plasenta pervia
perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi pada malam hari saat pembentukan segmen
bawah rahim, bagian terendah masih tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan
letak).
Risiko kejadian plasenta pervia
berhubungan dengan usia adalah usia 12-19 tahun, usia 20-29 tahun, usia 30-39
tahun, usia diatas 40 tahun. Bahaya pada ibu dengan plasenta pervia jika
terjadi: perdarahan yang hebat, infeksi sepsis, emboli udara. Sementara bahaya
untuk anak antara lain: hypoksia, perdarahan dan syok.
3. Etiologi
Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus, pada saat itulah
mulailah perdarahan. Darahnya berwarna merah segar,berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahan nya adalah sinus uterus
yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahn nya tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
mengehntikan perdarahan itu tidak sebagaimana serabuut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala III dengan lasenta yang letaknya normal. Makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
4. Gambaran
klinik
Perdarahan pertama biasanya tidak
banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi
triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak minggu itu segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis.
Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tahap
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uetrus.
Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi, oleh karena itu, perdarahan pada plasenta pervia totalis
akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin lebih
berdarah setelah persalinan mulai.
5. Diagnosa
a.
Anamnesa:
perdarahn jalan lahir pda kehamilan setelah 22 minggu belangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravidia. Perdarahan cenderung berulang dengan
volum yang lebih banya dari sebelumnya. Perdarahan menimbulakan penyulit pada
ibu maupun janin dalam rahim.
b. Inspeksi: dapat dilihat perdarahan yang
keluar pervaginam, banyak, sedikit, atau darah beku(stolse), bila terjadi
berdarah banyak, maka ibu terlihat pucat atau anemis.
c.
Pemeriksaan
fisik ibu: tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal; tekanan
darah, nadi dan pernapasan meningkat; daerah akral menjadi dingin; tampak
anemis.
d. Pemeriksaan khusus kebidanan :
1.
Palpasi
abdomen didapatkan: janin belum cukup bulan, tinggi fundus urteri sesuai dengan
usia ; bagian terendah janin masih tinggi, karena plasenta berada disegmen
bawah rahim; bila cukup pengalaman , bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen
bawah rahim, terutama ibu yang kurus;
2. Pemeriksaan denyut jantung janin:
bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim;
3. Pemeriksaan inspekulo: dengan memakai
spekulum secara hati-hati dilihat darimana asal perdarahan apakah dari dalam
uterus atau dari kelainan serviks, vagina, varise pecah;
4. Pemeriksaan penunjang, sitrografi:
mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu dimasukan 400cc larutan N4C1 12,5%
kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul. Bila jarak kepala dan kemih
berselisih dari 1cm kemungkinan terdapat plasenta previa;
5. Pemeriksaan dalam: dilakukan di atas
meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan.
6. Penanganan persalinan plasenta
previa(di lakukan dirumah sakit dan dikerjakan oleh dokter obgyn)
6. Penanganan persalinan plasenta
previa (dilakukan dirumah sakit dan dikerjakan oleh dokter Obgyn)
a.
Penanganan
pasif
Transfusi darah dan operasi harus dapat
dilakukan setiap saat apabila diperlukan. Anemia harus segera diatasi meningkat
kemungkinan perdarahan berikutnya;
apabila penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum
inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin kurang dari
2500gr, maka kehamilan dapat dipertahankan dengan istirahat dan peberian obat-obatn
seperti spesmilitika, progestin atau progesteron; observasi dengan teliti;
periksa golongan darah, dan siapkan donor untuk transfusi darah.
b. Cara persalinan
Faktor yang menentukan sikap atau
tindakan tergantung jenis: plasenta
previa, perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang, keadaan umum ibu
hamil, keadaan janin: hidup, gawat, dan meninggal, pembukaan jalan lahir,
paritas, fasilitas penolong dan RS.
Ada
2 jenis persalinan untuk plasenta previa ini yaitu: persalinan pervagianam dan
persalinan perabdominal.
Pada persalinan pervaginam ini dapat
dilakukan dengan langkah:
1.) Amniotami, dengan indikasi: plasenta previa
atau marginalis (letak renda) bila dada pembukaan 4cm; pada primigravida dengan
plasenta previa lateralis atau marginalis(letak rendah) dengan pembukaan 4cm
atau lebih; pada multigravida dengan plasenta previa marginalis pada pembukaan
lebih dari 5cm; pada plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin
sudah meninggal.
2.) Adapun keuntungan dari dilakukannya
amniotami ini adalah: agar bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon,
akan menekan plasenta yang berdarah, dan perdarahan yang akan berkurang atau
berhenti; partus akan berlangsung lebih cepat; bagian plasenta yang berdarah
dapat bebas mengikuti cincin, gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga
tidak ada lagi plasenta terlepas.
3.) Namun apabila amnoitami tidak berhasil
menghentiak perdarahan maka, dilakukan cuman willet gauszdan versi
braxton-hicks, yaitu dengan menembus plasenta.
4.) Namun cara cuman willet dan versi
braxton-hicks ini sudah ditinggalkan dalam dunia kebidanan modern, akan tetapi
kedua cara ini masih mempunyai tempat tertentu seperti dalam keadaan darurat
sebagai pertolongan pertama mengatasi perdarahan banyak, atau apabila SC tidak
mungkin dilakukan di RS yang fasilitanya terbatas.
5.) Selain persalinan secara pervaginam,
dapat juga dengan persalinan perabdominal secara SC (Sectio caesarea).
Persalinan dengan SC ini dilakukan denagn indikasi: semua plasenta totalis,
janin hidup atau meninggal, semua plaenta lateralis posteroir, karena
perdarahan yang sulit dikontroldan bnayak, pada primigavida dengan plasenta
previa lateralis, juga dengan perdarahan banyak, can cenderung berulang;
plasenta semuanya sengan panggul sempit, juga letak lintar.
6.) Tujuan dilakukannya SC ini, yaitu untuk
mempercepat mengangkat dan menghentikan sumber pendarahan, dan agar dapat
memberikan kesempatan kepada utrus berkontraksi sehingga perdarahan dapat
berhenti dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh apabila dilakukan persalinan pervaginam.
7.) Pengaruh plasenta previa tergadap
janin: gangguan aliran darah dalm tali pusat karena tertekan tali pusat;
depresi pernapsan karena obat-obat anastesi/analgetik yang diberikan kepada
ibu, perdarahan untrakrainal dan kelainan bawaan.
7. Penanganan pada bayi baru lahir
Penangan pada bayi baru lahir pada
prinsipnya : cegah pelepasan panas yang belebihan, keringakan (hangatkan)
denagn menyelimuti seluruh tubuh terutama bagian kepala dengan handuk yang
kering; bebaskan jalan nafas, atur posisi isap lendir dan bersihkan jalan nafas
bayi dengan hati-hati pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang
dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru.
Pembebasan jalan nafas dilakukan dengan
cara: extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari pada tubuh bayi; hisap
lendir/cairan pada mult dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan
ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir delee.
Rangsangan taktil dengan cara
mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan
hidung yang pada dasarnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk
menimbulkan pernafasan yang adekua pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka
diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil,
hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih.
Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk
meberikan rangasangan taktil yaitu:
(1) menepuk
atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini seringkali
menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan;
(2) cara
lain yang cukup aman adalah dilakukan penggosokan pada punggung bayi secara
cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan
rangsangan taktil, tetapi rangsangan ang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk,
menyentil atau menggosok.
8. Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta pada tanggal 17 Mei – 19 Juni
2010. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Besar populasi adalah 1457 sedangkan besar sampel adalah 80 orang.
Terdiri dari 35 ibu primipara dan 45 ibu multipara. Teknik sampling yang
digunakan fixed disease sampling. Data diperoleh dengan rekam medis. Data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis menggunakan Uji Chi
Square pada taraf signifikasi α = 0,05 dan Odds Ratio. Dari hasil penelitian
yang telah dilaksanakan di bagian Obsgin Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta
diperoleh jumlah plasenta previa pada ibu primipara lebih sedikit dibanding
dengan ibu multipara. Pada ibu multipara kejadian plasenta previa sebanyak 21
kasus (70%) dan pada ibu multi[ara 9 kasus (30%). Dari hasil analisis data
didapatkan nilai X2 = 3,688 dan OR = 2,53; p=0,055 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara paritas ibu dengan
kejadian plasenta previa.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan
secara ketat dan baik. Syarat syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan yang sedikit
kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda inpartu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam
batas normal).
d. Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa.
1. Sectio caesarea.
Prinsip utama dalam melakukan sectio caesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu,sehingga walaupun janin meninggal ataupun tidak mempunyai
harapan hidup,tindakan ini tetap dilakukan.
2. Melahirkan pervaginan
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa
lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan
memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh
kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infus oksitosin.
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks telah
melakukan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
c. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam
Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan perdarahan
pada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan tidak aktif.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat
kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada
plasenta previa adalah :
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat
menyelamatkan ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya
pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
0 komentar:
Posting Komentar