PRE EKLAMPSIA
1) Definisi
Preeklampsi adalah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Prawirohardjo, 2005).
2) Etiologi
Penyebab preeklampsia saat ini tak bisa
diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit
ini sudah sedemikian maju. Semuanya di dasari pada teori yang
dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklampsia di sebut juga “disease of theory”. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini
ialah spasmus arteriole, retensi Na dan air, dan coagulasi intravascular.
Vasospasmus
menyebabkan :
1. Hipertensi
2. Pada otak ; sakit kepala dan kejang
3. Pada plasenta ; solution placentae dan
kematian janin
4. Pada ginjal ; oliguri dan insuffisiensi
5. Pada hati ; icterus
6. Pada retina ; amourose
Adapun
teori-teori tersebut antara lain :
a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada Preeklampsia dan eklampsia
didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi
prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti tromblin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2)dan serotonin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
b) Peran Faktor Imunologis
Preeklampsi sering terjadi pada
kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini
dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama membentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan
beberapa data yang mendukung adanya system imun pada penderita PE-E: Beberapa
wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun pada serum, beberapa studi juga
mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada PE-E diikuti proteiuri.
c) Factor Genetik
1)
Preeklampsia
hanya terjadi pada manusia;
2)
Terdapatnya
kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita
PE-E;
3)
Kecendrungan
meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E
dan bukan pada ipar mereka;
4)
Peran
Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS).
3) Patofisiologi
Vasokonstriksi menimbulakn peningkatan
total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga
akan menimbulkan hipiksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan
endotel, kebocoran arteriole disertai pendarahan mikro pada tempat endotel.
Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan
hiperoksidasi memerlukan konsumsi oksigen , sehingga dengan demikian akan
mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses
oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh.
4) Jenis-jenis
Preeklampsia
a) Preeklampsia Ringan
Adalah
timbulnya hipertensi diserta dengan proteinuria dan atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trotoblas. Penyebab preeklampsia ringan
belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat
vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala
klinis Preeklampsia Ringan meliputi :
1)
Kenaikan
tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140
mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg;
2)
Proteinuria:
secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kuantitatif positif
2( +2);
3)
Edema pada
pretibia, dinding abdomen, lumbosakral,wajah atau tangan.
Pemeriksaan
dan diagnosis untuk meunjang keyakinan bidan atas kemungkinan ibu mengalami
Preeklampsia ringan jika ditandai dengan :
1)
Kehamilan
lebih 20 minggu;
2)
Kenaikan
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam
dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama di lakukan 2 kali setelah
istirahat 20 menit );
3)
Edema tekan
pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan;
4)
Proteinuria
lebih 0,3 gr/liter/24 jam, kuantitatif +2.
Penanganan
preeklampsia ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang
timbul yakni :
1)
Penatalaksanaan
rawat jalan pasien preeklampsia ringan,
dengan cara : ibu banyak dianjurkan istirahat (berbaring tidur/miring),
diet:cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; pemberian sedativa
ringan : tablet Phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg peroral selama 7
hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang setiap 1 minggu; pemeriksaan
laboratorium, hemoglobin, hemotokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah,
fungsi hati, fungsi ginjal;
2)
Penatalaksanaa
rawat tinggal pasien preeklampsia ringan berdasarkan keriteria : setelah 2 minggu pengobatan rawat
jalan tidak menunjukan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia; kenaikan
berat badan ibu 1 kg atau lebih berminggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia
berat.
Jika
dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan
kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru di
pulangkan.
Perawatan
obstetric pasien preeklampsia ringan :
1)
Kehamilan
preterm (kurang 37 minggu ) : bila desakan darah mencapai normotensif selama
perawatan, persalinan di tunggu sampai eterm, bila desakan darah turun tetapi
belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilan dapat diakhiri pada
umur kehamilan 37 minggu atau lebih;
2)
Kehamilan
eterm (37 minggu atau lebih );
Persalinan
ditunggu terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3)
Cara
persalinan :
Persalinan
dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
b) Preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah suatu
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih disertai dengan proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih.
Gejala dan
tanda preeklampsia berat :
1.
Tekanan
darah sistolik > 160 mmHg;
2.
Tekanan darah
diastolik > 110 mmHg;
3.
Penigkatan
kadar enzim hati atau/dan ikterus;
4.
Trombosit
< 100.000/mm3;
5.
Oliguria
< 400 ml/24 jam;
6.
Proteinuria
> 3 gr/liter;
7.
Nyeri
epigastrium;
8.
Skotoma dan
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat;
9.
Perdarahan
retina;
10. Odema pulmonum.
Ditinjau dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan di bagi menjadi
2, yaitu :
1)
Perawatan
aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medicinal;
2)
Perawan
konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah dengan perawatan
medisinal.
1) Perawatan aktif sebelum perawatan aktif
pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assessment yakni pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonograft (USG),
dengan indikasi (salah satu atau lebih) yakni :
I. Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau
lebih; adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan).
II.
Janin :
hasil fetal assesment jelek (NST
& USG): adanya tanda intra Uterin Growt Retardation (IUGR).
III.
Hasil
laboratorium : adanya “HELP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
2)
Pengobatan
medicinal pasien preeclampsia berat yaitu : segera masuk ke rumah sakit; tirah
baring miring ke satu sisi. Tanda vital dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dengan infuse RL (60-125 cc/jam) 500 cc; berikan antasida ; diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; pemberian obat anti kejang
: MgSO4 : diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru
anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
3)
Antihipertensi
diberikan bila : tekanan darah sitolis lebih dari 180 mmHg, diastolis lebih 110
mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
4)
Bila
dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
5)
Bila tidak
tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi
secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
6)
Pengobatan
jantung jika ada indikasinya yakni adanya tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
7)
Lain-lain :
konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata; obat-obat antipiretik diberikan
bila suhu rectal lebih 38,5 oC dapat dibantu dengan pemberian
kompres dingin atau alcohol xylomidon 2 cc IM; antibiotic diberikan atas
indikasi.
c. preeklampsia Berat Pada Persalinan
1)
istirahat mutlak
dan ditempatkan dalam kamar isolasi.
2)
Kala II
harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi ibu
dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan
methergin postpartum, kecuali bila terjadi pendarahan yang disebabkan otonia
uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian di teruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
3)
Bila ada
indikasi obstetrik dilakukan sesio sesarea.
4)
Jika
anatesi umum tidak tersdia atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan
persalinan pervaginam.
d.
Pengobatan Obstetric
1)
Cara
terminasi kehamilan yang belum inpartu
a.
Indikasi
persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan
dengan fetal heart monitoring.
b.
Seksio
sesaria (dilakukan oleh dokter kandungan).
2)
Cara
terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
fase laten : 6 jam sebelum masuk fase aktif maka dilakukan sesio sesaria; fase
aktif : Amniotomi saja,bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan sesio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitoksin).
Kala
II : pada persalian pervaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
3)
Perawatan
Preeklampsia berat pada Postpartum
Pemberian
anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang akhir; teruskan
terapi anti hipertensi jika tekanan diastolic masih > 110 mmHg; Pantau
jumlah urin.
4)
Cara
pemberian MgSO4
a)
Dosis awal
sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25
cc larutan MgSO4 (3-5 menit). Diikuti segera di bokong kiri dan 4 gr dibokong
kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2 % yang tidak mengandung adrenalin pada
suntikan IM.
b)
Dosis
ulangan : diberikan 4 gr IM 40 % setelah pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gr IM setiap 4
jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
c)
Syarat-syarat
pemberian MgSO4 :
1. Harus tersedia antidotum MgSO4 , bila
terjadi intoksitasi yaitu kalsium glukonas 10 % = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit.
2. Refleks patella (+) kuat.
3. Frekuensi pernapasan > 16
kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas.
d)
MgSO4
diberikan apabila :
1.
Ada
tanda-tanda intoksikasi
2.
Setelah 24
jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
e)
Dosis
terapeutik dan toksis MgSO4
1.
Dosis
terapeutik 4-7 mEq/liter 4,8-8,4 mg/dl
2.
Hilangnya
refleks tendon 10 mEq/liter 12 mg/dl
3.
Terhentinya
pernapasan 15 mEq/liter 18 mg/dl
4.
Terhentinya
jantung > 30 mEq/liter > 36 mg/dl
Bila terjadi refrakter pada pemberian
MgSO4, maka diberikan salah satu obat berikut : thiopental sodium, sodium
amobarbital, diazepam, atau fenitoin.
5)
Diagnosis
6)
Deteksi
dini.
5.
Penelitian
Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan atherosis plasenta
lapisan fetal pada preeklampsia ringan dan preeklampsia berat didasarkan pada
uji Mann-Whitney menunjukkan hasil perhitungan ρ =
0,003, artinya jumlah atherosis plasenta ada sisi fetal pada preeklampsia
ringan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah atherosis plasenta pada
preeklampsia berat. Perbedaan atherosis plasenta lapisan tengah pada
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat didasarkan pada uji
T-test yang menunjukkan hasil perhitungan ρ =
0,035, artinya jumlah atherosis plasenta ada sisi tengah pada preeklampsia
ringan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah atherosis plasenta pada
preeklampsia berat. Perbedaan atherosis plasenta lapisan maternal pada
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat didasarkan pada uji T-test yang
menunjukkan hasil perhitungan ρ =
0,005, artinya jumlah atherosis plasenta ada sisi maternal pada preeklampsia
ringan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah atherosis plasenta pada
preeklampsia berat. Total jumlah keseluruhan aterosis plasenta didapatkan
hasil ρ = 0,001. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara jumlah atherosis plasenta pada preeklampsia ringan dan berat.
Atherosis akut pada plasenta merupakan gejala khas yang terjadi
pada janin dari ibu yang menderita preelampsia. Kondisi ini diduga mempengaruhi
terjadinya insufisiensi plasenta. Dengan demikian penelitian ini dapat dilanjutkan lebih lanjut secara Kohort
Prospektif dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mempelajari hubungan
kausa atherosis dengan berbagai komplikasi akibat preeklampsia.
6.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia :
1.
Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2.
Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3.
Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4.
Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan :
1.
Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin.
2.
Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat
lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman
140-150/90-100 mmHg).
3.
Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada
siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)
4.
Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5.
Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6.
Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi
obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau
pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7.
Diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU
8.
Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa
tiap 1 minggu
9.
Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak
turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda
pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10.
jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai
pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan.
11.
pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu,
kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah
dinyatakan matur.
12.
persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan,
atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat :
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
a) Aktif
berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
b) Konservatif
berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
0 komentar:
Posting Komentar