1. Definisi
Eklampsia adalah
penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas
disertai dengan hypertensi, oedema dan proteinuria.
Eklampsia lebih sering
terjadi pada primigravidae dari pada multiparae.
Menurut saat terjadinya eklampsia kita
mengenal istilah :
1)
Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum
persalianan.
2)
Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3)
Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan.
Kebanyakan terjadi
antepartum.
Jika terjadi postpartum
maka timbul dalam 24 jam setelah partus. Dalam kehamilan eklampsia terjadi
dalam triwulan terakhir dan makin besar kemungkinan mendekati saat cukup bulan.
Eklampsia lebih sering
terjadi pada :
1)
Kehamilan
kembar
2)
Hydramnion
3)
Mola
hydatidosa
Pada Mola Hydatidosa eklampsia dapat
terjadi sebelum bulan ke 6.
2. Gejala
dan tanda
Eklampsia selalu didahului
oleh gejala-gejala preeklampsia. Gejala-gejala preeklampsia yang berat seperti
:
1)
Sakit
kepala yang keras
2)
Penglihatan
yang kabur
3)
Nyeri di
ulu hati
4)
Kegelisahan
dan hyperrefleksi sering mendahului serangan kejang.
Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkatan
:
1)
Tingkat invasi ( tingkat permulaan ) : mata terpaku, kelopak mata bergetar
demikian pula tangannya, dan kepala di putar ke kanan atau ke kiri. Tingkat ini
berlangsung pada beberapa detik.
2)
Tingkat kontraksi ( tingkat kejang
tonik ) : seluruh badan menjadi
kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti,
muka menjadi sianotik, kadang-kadang terjadi
episthotonus. Lamanya 15 sampai 20 detik.
3)
Tingkat konvulsi (tingkat kejang
clonis) : terjadi kejang yang
timbul hilang; rahang membuka dan menutup begitu pula mata; otot-otot muka dan
otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat hingga
pasien dapat terlempar dari tempat tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang
berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru, berangsur
kejang dan berkurang dan akhirnya berhenti. Dan penderita menarik nafas
mendengkur. Lamanya ± 1 menit.
4)
Tingkat coma : lamanya ketidak sadaran tidak selalu
sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat
terjadi pula bahwa sebelum ini timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia
tetap dalam koma.
5)
Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40oC.
Sehingga akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti : lidah
tergigit, sehingga terjadi perlukaan dan fraktura, gangguan pernapasan, solusio
plasenta, dan pendarahan otak.
3. Patologi
Pada wanita yang mati
karena eklampsi terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, paru-paru dan
jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhargia, oedema,
hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada plasenta terdapat
infrakt-infarkt karena degenerasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah
retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang-kadang acidosis.
4. Etiologi
Sebab eklampsia belum
diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan bahwa eklampsia disebabkan
ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacentae).
5. Diagnosis
Untuk diagnosa eklampsia
harus dikesampingkan keadaan-keadaan lain dengan kejang dan coma seperti
uraemi, keracunan, epilepsy, hysteri, encephalitis, tumor otak dan atrofi
kuning akut dari hati. Diagnosa eklampsia lebih dari 24 jam postpartum harus
dicurigai.
6. Kompikasi
1)
Solusio
plasenta
2)
Hipofibrinogenemia
3)
Hemolisis
4)
Pendarahan
otak
5)
Kelainan
mata
6)
Edema
paru-paru
7)
Nekrosis
hati
8)
Sindroma
HELLP
9)
Kelainan
ginjal
10) Komplikasi lain
11) Prematuritas
7. Prognosa
Jika diurese lebih dari
800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaliknya
oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain
memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1)
Coma yang
lama
2)
Nadi di
atas 120
3)
Suhu di
atas 39oC
4)
Tensi di
atas 200 mmHg
5)
Lebih dari
10 serangan
6)
Proteinuria
10 gram sehari atau lebih
7)
Tidak
adanya oedema
8. Contoh
kasus fiktif pada ibu hamil dengan Eklampsia (tingkat kejang klonik)
Data subjektif: Ny. S (37 tahun) datang pada tanggal 6
April 2009 jam 10.00 WIB diantar oleh suami dan keluarganya, ibu datang dengan
kejang, mata menonjol, terbuka tanpa melihat, tangan bergetar dan mengepal,
seluruh otot-ototnya berkontraksi dengan cepat, mulut membuka dan menutup dari
mult keluar ludah yang berbusa, suami mengatakan ibu kejang sejak 2 menit yang
lalu, sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala hebat, pandangan kabur
dan nyeri ulu hati, suami Ny. S mengatakan istrinya tidak mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes dan epilepsy, sebelum hamil istrinya tidak mempunyai
penyakit apa-apa dan saat hamil muda pun istrinya tidak pernah mengalami kejang
sepert saat ini, suami Ny. S mengatakan istrinya sedang hamil 8 bulan dengan
HPHT 24 September 2008 TP 1 juli 2009 dan suami mengatakan ini kehamilan yang
ke 4, sudah memiliki 3 orang anak dan belum pernah keguguran, suami Ny. S
mengaku istrinya sering mengatakan bahwa janinnya sering bergerak dan saat
janinnya bergerak tidak merasakan sakit.
Data objektif : keadaan umum : kejang, kesadaran :
spoor, TD : 160/140 mmHg Suhu : 39,5oC, Nadi : 110x/menit, Respirasi
: 40x/menit. Pemeriksaan sistematis rambut hitam, lurus, wajah terlihat sianosis
dan kaku, mata : bola mata menonjol, oedema pada kelopak mata, telinga
simetris, serumen (-), hidung simetris, mulut : mengeluarkan ludah berbusa.
Leher kaku tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, tumor tidak ada, jantung
frekuensi cepat, mur-mur(-), pemeriksaan payudara areola hitam
kecoklat-coklatan, simetris, hiperpignmentasi, kolostrum(-) ekstremitas tungkai
simetris, tangan mengepal dan gemetar, pada kaki dan tangan oedema (+),
kelainan lain tidak ada. Pemeriksaan palpasi TFU 27 cm, Leopold I TFU terisi
satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba
satu tahanan, panjang keras sepeti papan (punggung) kiri teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas), Leopold III : bagian bawah terisi satu bagian bulat,
keras, melenting(kepala), Leopold IV
tangan convergen. Tapsiran Berat Janin (TBJ): (27-11)x155 = 2480 gr.
Pemeriksaan auskultasi DJJ puntum maksimum kuadran kanan 2 jari bawah pusat
frekuensi : 165x/menit. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan urine protein
(++++) reduksi(-), sedimen(-), HCG(+).
Assessment : diagnose ibu G4P3A0Hamil 32 minggu >
8 hari dengan eklampsi. Janin tunggal, hidup, intrauterine. Potensial masalah
ibu : gangguan pernapasan, solusio plasenta, dan perdarahan otak sedangkan
potenseial pada janin : hipoksia intrauterine dan prematuritas.
Tindakan segera :
1)
Bebaskan
jalan nafas dengan memasang tong spatel pada mulut ibu agar lidah tidak
tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.
2)
Beri
oksigen 4-6 liter/menit
3)
Berikan
pasien pada posisi kiri dengan posisi trendelenburg untuk mengurangi resiko
respirasi
4)
Kolaborasi
dengan dokter Sp,OG dalam pemberian terapi selanjutnya.
9. Penatalaksanaan
:
1)
Memberitahu
keluarga hasil pemeriksaan ibu saat ini bahwa keadaan umum : kejang, kesadaran
: spoor, TD : 160/140 mmHg, Suhu : 39,5OC, Nadi : 110x/menit,
Respirasi : 40x/menit. Tapsiran Berat Janin(TBJ) : (27-11)x155 = 2480.
Pemeriksaan auskultasi DJJ : 165x/menit. Keluarga sudah mengetahui hasil
pemeriksaan.
2)
Melakukan
kolaborasi dengan dokter Sp,OG untuk pemberitahuan terapi selanjutnya.kolaborasi telah di lakukan dan
dokter memberikan intruksi agar pasien diberikan 4g 40% MgSO4 dalam larutan 10
ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan sediakan kalsium
glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum, pasang infuse dekstran 5% dengan
tetesan 20 tetes/menit, pasien telah diberikan terapi oleh bidan sesuai
intruksi dari dokter Sp,OG.
3)
Memasang
dauer kateter untuk menegtahui dieresis dan untuk menentukan protein dalam air
kencing secara kauntitatif, dauerkateter telah terpasang, dan langsung
dilakukan pemeriksaan protein urin dengan hasil (++++).
4)
Menganjurkan
keluarga membantu posisi ibu dengan kaki sedikit lebih tinggi dari pada kepala
untuk menegluarkan lender yang menghambat jalan nafas ibu dan posisikan miring
kiri dan kanan tiap jam untuk menghindari rasa pegal pada ibu.
5)
Memantau
perkembangan yang adekuat dan ukur keseimbangan cairan, kaekteterisasi urine,
observasi tekanan darah, nadi, pernapasan dan DJJ 30 menit, suhu, reflek setiap
jam agar tidak terjadi kejang berulang sebelum ibu sampai di tempat rujukan.
6)
Member ibu
dan keluarga motivasi seperti dukungan dan semangat emosional pada ibu bahwa
ibu akan baik-baik saja selama dalam pengawasan dan senantiasa berdo’a.
7)
Memberitahukan
pada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu harus segera di rujuk agar ibu
mendapat penanganan yang lebih intensif.
8)
Membuat
informed consent untuk diisi oleh keluarga sehingga tindakan yang akan
dilakukan telah mendapat persetujuan dari suami dan keluarga yaitu tindakan
merujuk ke RS.
9)
Menyiapkan
manajemen rujukan BAKSOKU(B: bidan, A: Alat, K: Kendaraan, S: Surat, O: Obat,
K:Keluarga, U: Uang) manajemen rujukan telah disiapkan.
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
telah di berikan dalam SOAP.
0 komentar:
Posting Komentar