Minggu, 26 April 2015

EKLAMSIA

1. Definisi
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hypertensi, oedema dan proteinuria.
Eklampsia lebih sering terjadi pada primigravidae dari pada multiparae.
Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :
1)    Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalianan.
2)   Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3)   Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan.
Kebanyakan terjadi antepartum.
Jika terjadi postpartum maka timbul dalam 24 jam setelah partus. Dalam kehamilan eklampsia terjadi dalam triwulan terakhir dan makin besar kemungkinan mendekati saat cukup bulan.
Eklampsia lebih sering terjadi pada :
1)    Kehamilan kembar
2)   Hydramnion
3)   Mola hydatidosa
Pada Mola Hydatidosa eklampsia dapat terjadi sebelum bulan ke 6.

2. Gejala dan tanda
Eklampsia selalu didahului oleh gejala-gejala preeklampsia. Gejala-gejala preeklampsia yang berat seperti :
1)    Sakit kepala yang keras
2)   Penglihatan yang kabur
3)   Nyeri di ulu hati
4)   Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahului serangan kejang.
Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkatan :
1)    Tingkat invasi ( tingkat permulaan ) : mata terpaku, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala di putar ke kanan atau ke kiri. Tingkat ini berlangsung pada beberapa detik.
2)   Tingkat kontraksi ( tingkat kejang tonik ) : seluruh badan menjadi kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, muka menjadi sianotik, kadang-kadang terjadi  episthotonus. Lamanya 15 sampai 20 detik.
3)   Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis) : terjadi kejang yang timbul hilang; rahang membuka dan menutup begitu pula mata; otot-otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari tempat tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru, berangsur kejang dan berkurang dan akhirnya berhenti. Dan penderita menarik nafas mendengkur. Lamanya ± 1 menit.
4)   Tingkat coma : lamanya ketidak sadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum ini timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
5)   Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40oC. Sehingga akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi perlukaan dan fraktura, gangguan pernapasan, solusio plasenta, dan pendarahan otak.

3. Patologi
Pada wanita yang mati karena eklampsi terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhargia, oedema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada plasenta terdapat infrakt-infarkt karena degenerasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang-kadang acidosis.

4. Etiologi
Sebab eklampsia belum diketahui benar. Salah satu teori yang dikemukakan bahwa eklampsia disebabkan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacentae).

5. Diagnosis
Untuk diagnosa eklampsia harus dikesampingkan keadaan-keadaan lain dengan kejang dan coma seperti uraemi, keracunan, epilepsy, hysteri, encephalitis, tumor otak dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnosa eklampsia lebih dari 24 jam postpartum harus dicurigai.
  
6. Kompikasi
1)    Solusio plasenta
2)   Hipofibrinogenemia
3)   Hemolisis
4)   Pendarahan otak
5)   Kelainan mata
6)   Edema paru-paru
7)   Nekrosis hati
8)   Sindroma HELLP
9)   Kelainan ginjal
10) Komplikasi lain
11)  Prematuritas

7. Prognosa
Jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1)    Coma yang lama
2)   Nadi di atas 120
3)   Suhu di atas 39oC
4)   Tensi di atas 200 mmHg
5)   Lebih dari 10 serangan
6)   Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
7)   Tidak adanya oedema

8. Contoh kasus fiktif pada ibu hamil dengan Eklampsia (tingkat kejang klonik)
Data subjektif: Ny. S (37 tahun) datang pada tanggal 6 April 2009 jam 10.00 WIB diantar oleh suami dan keluarganya, ibu datang dengan kejang, mata menonjol, terbuka tanpa melihat, tangan bergetar dan mengepal, seluruh otot-ototnya berkontraksi dengan cepat, mulut membuka dan menutup dari mult keluar ludah yang berbusa, suami mengatakan ibu kejang sejak 2 menit yang lalu, sebelum terjadi kejang ibu mengeluh nyeri kepala hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati, suami Ny. S mengatakan istrinya tidak mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes dan epilepsy, sebelum hamil istrinya tidak mempunyai penyakit apa-apa dan saat hamil muda pun istrinya tidak pernah mengalami kejang sepert saat ini, suami Ny. S mengatakan istrinya sedang hamil 8 bulan dengan HPHT 24 September 2008 TP 1 juli 2009 dan suami mengatakan ini kehamilan yang ke 4, sudah memiliki 3 orang anak dan belum pernah keguguran, suami Ny. S mengaku istrinya sering mengatakan bahwa janinnya sering bergerak dan saat janinnya bergerak tidak merasakan sakit.
Data objektif : keadaan umum : kejang, kesadaran : spoor, TD : 160/140 mmHg Suhu : 39,5oC, Nadi : 110x/menit, Respirasi : 40x/menit. Pemeriksaan sistematis rambut hitam, lurus, wajah terlihat sianosis dan kaku, mata : bola mata menonjol, oedema pada kelopak mata, telinga simetris, serumen (-), hidung simetris, mulut : mengeluarkan ludah berbusa. Leher kaku tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, tumor tidak ada, jantung frekuensi cepat, mur-mur(-), pemeriksaan payudara areola hitam kecoklat-coklatan, simetris, hiperpignmentasi, kolostrum(-) ekstremitas tungkai simetris, tangan mengepal dan gemetar, pada kaki dan tangan oedema (+), kelainan lain tidak ada. Pemeriksaan palpasi TFU 27 cm, Leopold I TFU terisi satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II kanan teraba satu tahanan, panjang keras sepeti papan (punggung) kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas), Leopold III : bagian bawah terisi satu bagian bulat, keras, melenting(kepala), Leopold IV  tangan convergen. Tapsiran Berat Janin (TBJ): (27-11)x155 = 2480 gr. Pemeriksaan auskultasi DJJ puntum maksimum kuadran kanan 2 jari bawah pusat frekuensi : 165x/menit. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan urine protein (++++) reduksi(-), sedimen(-), HCG(+).
Assessment : diagnose ibu G4P3A0Hamil 32 minggu > 8 hari dengan eklampsi. Janin tunggal, hidup, intrauterine. Potensial masalah ibu : gangguan pernapasan, solusio plasenta, dan perdarahan otak sedangkan potenseial pada janin : hipoksia intrauterine dan prematuritas.
Tindakan segera :
1)    Bebaskan jalan nafas dengan memasang tong spatel pada mulut ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.
2)   Beri oksigen 4-6 liter/menit
3)   Berikan pasien pada posisi kiri dengan posisi trendelenburg untuk mengurangi resiko respirasi
4)   Kolaborasi dengan dokter Sp,OG dalam pemberian terapi selanjutnya.

9. Penatalaksanaan :
1)    Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan ibu saat ini bahwa keadaan umum : kejang, kesadaran : spoor, TD : 160/140 mmHg, Suhu : 39,5OC, Nadi : 110x/menit, Respirasi : 40x/menit. Tapsiran Berat Janin(TBJ) : (27-11)x155 = 2480. Pemeriksaan auskultasi DJJ : 165x/menit. Keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2)   Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp,OG untuk pemberitahuan terapi  selanjutnya.kolaborasi telah di lakukan dan dokter memberikan intruksi agar pasien diberikan 4g 40% MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan sediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum, pasang infuse dekstran 5% dengan tetesan 20 tetes/menit, pasien telah diberikan terapi oleh bidan sesuai intruksi dari dokter Sp,OG.
3)   Memasang dauer kateter untuk menegtahui dieresis dan untuk menentukan protein dalam air kencing secara kauntitatif, dauerkateter telah terpasang, dan langsung dilakukan pemeriksaan protein urin dengan hasil (++++).
4)   Menganjurkan keluarga membantu posisi ibu dengan kaki sedikit lebih tinggi dari pada kepala untuk menegluarkan lender yang menghambat jalan nafas ibu dan posisikan miring kiri dan kanan tiap jam untuk menghindari rasa pegal pada ibu.
5)   Memantau perkembangan yang adekuat dan ukur keseimbangan cairan, kaekteterisasi urine, observasi tekanan darah, nadi, pernapasan dan DJJ 30 menit, suhu, reflek setiap jam agar tidak terjadi kejang berulang sebelum ibu sampai di tempat rujukan.
6)   Member ibu dan keluarga motivasi seperti dukungan dan semangat emosional pada ibu bahwa ibu akan baik-baik saja selama dalam pengawasan dan senantiasa berdo’a.
7)   Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu harus segera di rujuk agar ibu mendapat penanganan yang lebih intensif.
8)   Membuat informed consent untuk diisi oleh keluarga sehingga tindakan yang akan dilakukan telah mendapat persetujuan dari suami dan keluarga yaitu tindakan merujuk ke RS.
9)   Menyiapkan manajemen rujukan BAKSOKU(B: bidan, A: Alat, K: Kendaraan, S: Surat, O: Obat, K:Keluarga, U: Uang) manajemen rujukan telah disiapkan.
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah di berikan dalam SOAP.

0 komentar:

Posting Komentar